Sabtu, 23 Mei 2015

Tips Melatih Poomsae (5)


Bismillah,

Seiring dengan semakin maraknya minat para taekwondoin untuk mendalami poomsae, maka banyak hal yang juga mesti diperhatikan oleh kita semua selaku pelatih dan juuga atlet poomsae. Tulisan ini diperuntukkan bagi para pelatih dan atlet pemula poomsae. 

Seingat saya, sejak diperkenalkannya pada 2006, penilaian poomsae dibagi dua hal, dan belum berubah hingga saat ini. Hanya saja kini yang diubah adalah komposisi penilaian dan bobot nilai yang menjadi pegangan wasit dalam menilai atlet poomsae yang bertanding. Sampai tahun 2011 poin penilaian masih dengan perbandingan 50 untuk akurasi dan 50 untuk presentasi. Tapi kini poin penilaina berubah dengan komposisi 40 untuk akurasi dan 60 untuk presentasi.

Perubahan ini menandakan bahwa penilaian dan titik berat pertandingan poomsae yang harus diperhatikan oleh atlet dan pelatih adalah "how" bukan "what". Maksudnya, saat ini semua atlet poomsae bahkan semua taekwondoin [astinya sudah hafal poomsae di atas poomsae wajib sabuknya. Jika ia adalah atlet poomsae yang seorang siswa SMP, maka ia wajib hafal taegeuk 1 sampai taebaek. Apapun tingkat sabuknya. 

Nah, masalahnya adalah jika kemampuan hafalan semua atlet sudah sama, maka apa yang bisa membedakan antara satu atlet dengan yang lainnya? Jelas jawabannya adalah siapa yang paling baik memeragakan poomsae-nya dia yang paling berpeluang memenangkan pertandingan tersebut. Kembali kepernyataan saya di atas, Bagaimana memeragakan poomsae bukan poomsae apa yang harus diperagakan?

Lantas apa yang dimaksud dengan presentasi dalam penilaian poomsae? Presentasi dibagi dalam tiga kriteria yaitu 
1. Speed and power (kecepatan dan kekuatan dalam melakukan teknik dalam poomsae)
2. Control of power, speed and rhythm (Penguasaan tenaga dan tempo dalam sebuah poomsae)
3. Expression of energy (Ekspresi energi)

Dari ketiga poin di atas dapat dilihat, bahwa presentasi adalah cara menyajikan poomsae dengan baik, karena jika bicara akurasi, semua taekwondoin sepakat taegeuk 1 seperti itu, semua sama tidak ada perbedaan. Yang berbeda adalah style dan cara memeragakannya. Seperti tulisan saya terdahulu, poomsae adalah bagaimana memasak sayur asem hingga disukai wasit. Semua bahannya sama, tetapi cara penyajian dan metode memasak yang membuat rasanya bisa berbeda-beda dari setiap koki.

Speed and power, Atlet yang powernya kuat dan baik berpeluang menang lebih besar dibanding atlet yang tidak memiliki power. Jadi, power dan latihan yang menunjang timbulnya power bagi atlet poomsae harus menjadi perhatian bagi pelatihnya, bukan hanya poomsae-nya saja.

Control of power, speed and rhythm, power yang besar membutuhkan kekuatan penyeimbang yang baik pula. Jangan sampai dengan munculnya power yang baik lalu lupa mengontrolnya hingga hilang keseimbangan. akibatnya akan turut mengurangi penilaian. Ritme atau tempo harus juga jadi perhatian. Sudah bukan jamannya lagi pelatih bertanya, poomsae-nya patah-patah atau mengalir? Sudah tidak layak lagi pertanyaan tersebut. Karena setiap poomsae punya karakteristiknya masing-masing. Ada satu poomsae yang cenderung lambat. Ada yang cederung cepat tapi ada juga yang menggabungkan kedua-duanya. Kita akan bahas dalam tulisan selanjutnya.

Expression of energy, ada yang mengidentikkannya dengan Kihap, tapi Kihap masuk ke dalam poin akurasi, bukan presentasi.  Maka yang dimaksud dengan ekspresi energi adalah lebih ke cara dan melakukan poomsae yang powerful. Bukan hanya kihap-nya saja. Mungkin hal ini bisa ditanyakan langsung pada wasit poomsae.

Intinya, jika pelatih dan atlet  masih bicara akurasi, maka dipastikan nilainya kecil. Karena kini lebih mementingkan nilai presentasi. Ingat perbandingan sayur asem ya?. Jadi perhatikanlah detail kecil setiap gerakan yang dapat membantu seorang atlet melakukan poomsae, hal inilah yang akan membuat latihan poomsae menyenangkan dan tidak akan muncul pernyataan bahwa latihan poomsae membosankan.

Kita lanjut sebentar lagi, karena harus antar anak saya seleksi O2SN.

1 komentar: