Rabu, 20 Mei 2015



Bismillah, 

Tulisan ini dibuat sebagai otokritik bagi diri saya sendiri dan juga banyak teman pelatih Taekwondo di luar sana. Sebagai bahan pikiran dan saran untuk perkembangan dan kebaikan kita semua. Bukan untuk bermaksud apapun selain kritik membangun bagi perkembangan beladiri yang sama-sama kita cintai ini.

Maraknya perkembangan beladiri Taekwondo memang sangat menggembirakan. Ini ditandai oleh semakin banyaknya berdiri Dojang-dojang atau unit latihan Taekwondo di semua daerah di seluruh Indonesia. Dari gang-gang sempit dan lapangan becek sampai ke Mal dan apartemen mewah banyak kita jumpai tempat latihan dan anak-anak sampai dewasa yang ikut aktif latihan dan melatih taekwondo.

Selain itu, maraknya pertandingan yang diadakan pada hampir tiap pekan dan setiap ada hari libur sangat mengindikasikan betapa Taekwondo sudah diterima dengan baik di masyarakat. Di DKI saja, hampir tiap pekan ada pertandingan, setahun penuh. Hanya Ramadhan dan libur Lebaran saja yang bisa menghentikan agenda kejuaraan Taekwondo di DKI.
Hanya saja ada beberapa ganjalan yang saya lihat setiap mengikuti kejuaraan, yaitu banyaknya taekwondoin "pemula" yang baru menyandang sabuk kuning, bahkan tak sedikit sabuk putih yang ikut serta. Jujur, saya agak kurang setuju dengan diikutsertakannya para taekwondoin pemula ini dalam kejuaraan, terutama Kyorukgi.

Dengan hitungan setiap tingkatan warna sabuk dalam taekwondo ditempuh selama 3 atau 4 bulan, maka seorang penyandang sabuk kuning barulah diajarkan dollyo chagi pada bulan ke empat setelah mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat pertamanya. Lalu, dengan pemahaman dan pengalaman menendang Dollyo Chagi yang sedemikian singkat, sementara dollyo chagi adalah tendangan yang paling sering muncul dalam kyorukgi, lalu apakah kita tidak terlalu memaksakan atlet kita sendiri?

Satu hal yang paling saya khawatirkan adalah cedera pada atlet kyorukgi. Benturan pada tulang meskipun memakai pelindung pada usia dini cukup mengkhawatirkan. Ditambah psikologis anak-anak yang tidak terlalu memikirkan sakit yang dideritanya, mereka masih bisa tertawa dan bercanda tanpa mengetahui efek jangka panjangnya.

Sementara sang pelatih dan orangtua pun tidak sadar pada akibat yang ditimbulkannya. Dan kita tahu pasti, atlet taekwondo paling rentan terkena cedera pada otot-otot dan tulang di sekitar paha, betis, tulang kering serta tempurung dengkul. Semua itu adalah bagian vital dari pertumbuhan seorang anak.

Sekali lagi, tulisan ini bukan berniat untuk menghentikan atau menghilangkan keikutsertaan taekwondoin penyandang sabuk putih atau pun kuning dalam sebuah kompetisi. Tetapi tidak ada salahnya jika kita, sebagai pelatih lebih berfikir panjang ketika ingin menurunkan atlet binaan kita yang berusia dini dalam sebuah pertandingan Kyorukgi yang penuh benturan dan resiko cedera.

Dan selayaknya sudah disusun pula sebuah aturan yang bersifat lebih ketat dan mengikat bagi para paserta kejuaraan maupun penyelenggara kejuaraan agar lebih memperhatikan hal-hal seperti ini. Bukankah sudah menjadi kesepakatan kita semua bahwa kesehatan dan keselamatan adalah yang utama dalam sebuah program latihan  serta kejuaraan.?

Silakan dikritisi dan dikomen. Ini forum bebas, silakan tidak setuju, saya hanya sekedar mengutarakan pendapat. Jika saya ditanya, lantas apa yang semestinya dilakukan bila punya atlet sabuk kuning atau putih tapi ingin tetap ikut kejuaraan? Saya hanya bisa menjawab, agar lebih diperhatikan keselamatan dan kesehatan masa depan anak didik kita. Atau poomsae bisa jadi jawabannya.

:D

Enjoy

3 komentar:

  1. dulu aturannya minimal dari sabuk hijau (geup 7)

    BalasHapus
  2. mungkin lebih tepatnya seorang atlet / taekwondoin pemula (sabuk putih atau kuning) yang ingin mengikuti event kejuaraan agar diarahkan ke kejuaraan poomsae terlebih dahulu sebelum dia mencapai sabuk hijau ke atas (diharapkan kemampuannya pada saat itu sudah cukup dan selama itu dia terus latihan kyorugi juga), setelah itu barulah diarahkan ke kemana dia lebih menonojol, apakah ke poomsae atau kyorugi.

    BalasHapus
  3. Mantab (Y)
    Terima Kasih Sbm Nim Ade & DEMOS :)

    BalasHapus