Jumat, 22 Mei 2015

Tips Melatih Poomsae (4)


Bismillah

Kita telah ketahui bersama bahwa nomer pertandingan poomsae terdiri dari 5 divisi yaitu individu putra, individu putri, beregu putra, beregu putri dan berpasangan. Berbeda dengan kyorukgi yang masih dominan dengan ciri khas individualnya, meskipun kini sudah ada pertandingan kyorukgi beregu, tapi belum dominan dan belum dipertandingkan dibanyak event kejuaraan. Melihat sedemikian banyaknya divisi yang disertakan dalam poomsae, bisa terbayangkan bagaimana melatih banyak individu dalam satu kesatuan untuk menjadi kompak.

Itulah poomsae, kemampuan komunikasi pelatih dengan atletnya dan atau sebaliknya sangat menentukan dalam perkembangan dan kemajuan tim yang dibinanya. Sekedar bayangan, satu tim poomsae yang solid yang diharapkan bisa mengikuti semua divisi yang dipertandingkan minimal harus terdiri dari 3 orang atlet wanita dan 3 orang atlet pria. Di antara para atlet tersebut ada yang bisa turun di dua divisi pertandingan, atau bahkan tiga divisi sekaligus.

Mungkin untuk divisi individu tidak terlalu memusingkan dalam metode pelatihannya, tapi lain halnya jika sudah bicara pada divisi berpasangan dengan divisi beregu. Dimana pada divisi berpasangan harus menyatukan dua karakter dan style poomsae dari satu atlet wanita dengan satu atlet pria. Atau tiga atlet wanita yang berbeda karakter menjadi satu kesatuan gerakan yang indah. Tentunya butuh pengamatan dan penilaian yang tidak mudah bagi pelatihnya untuk bisa memutuskan siapa saja yang bisa dipasangkan dan siapa saja yang bisa diberegukan.

Sekedar gambaran, dalam divisi berpasangan dan beregu hindarkan atlet yang egoismenya tinggi dan sulit diajak bekerjasama, karena egoisme satu atlet akan menyulitkan sinkronisasi gerakan dengan tim yang lainnya. Contoh paling sederhana adalah jika satu atlet mempunyai tendangan yang tinggi sementara atlet lainnya kurang tinggi. Jika dalam tim beregu atau berpasangan harus diputuskan apakah harus semuanya meninggikan tendangannya atau semuanya menurunkan level tendangannya agar terjadi keseragaman gerakan yang baik dan indah. 

Kita sedang bicara tentang dua atau tiga orang yang maju bersamaan untuk memeragakan jurus dalam satu kesatuan. Maka yang dilihat paling pertama adalah kekompakan gerakannya. Jika saya oleh ibaratkan, tim poomsae berpasangan atau beregu bukan lah tiga orang yang maju untuk bersama-sama memeragakan poomsae, tetapi satu orang dalam dua atau tiga individu yang memeragakan poomsae. Jika ini difahami, dan disadari pasti tidak akan ada lagi pelatih atau taekwondoin yang berkata "melatih poomsae itu mudah".

Bukan cuma tendangan yang harus sama tinggi, tetapi juga cara pengambilan setiap gerakan, ekspresi wajah, cara menoleh dari setiap perpindahan kuda-kuda ke lain arah harus selaras dan kompak. Dimulai dari cara jalan memasuki arena yang teratur dan serempak. Karena setiap detik dan semua detail kecil dalam poomsae sudah mampu mempengaruhi poin penilaian bagi tim tersebut meskipun belum waktunya untuk dinilai oleh wasit. Seperti tulisan saya yang terdahulu, bahwa subjektifitas penilaian poomsae sangatlah tinggi, apa yang tidak enak dilihat oleh mata wasit dapat mempengaruhi keseluruhan penilaian tim berpasangan ataupun beregu. 

Itulah mengapa atlet poomsae wanita disarankan memakai make up dan berdandan rapi, semua dalam konteks mendukung performa dan penilaian di MATA wasit. Terutama bagi tim yang mendapat giliran nomer panggil buncit atau terakhir, dimana wasit sudah mulai lelah dan bosan, maka kesalahan sekecil apapun harus dihilangkan. Ingat, bagi tim  berpasangan ataupun beregu, kekompakan adalah hal yang utama.

Maka, usahakan jika memiliki tim poomsae berpasangan bentuklah dari teman yang sudah kenal baik, sudah saling kenal sejak lama, jika mungkin ada dalam satu sekolah dan seangkatan. itu baru dari aspek psikologis dan pertemankat annya saja. Belum lagi dilihat dari aspek kemampuan yang harus setingkat. Janganlah memasangkan atlet baru atau yang tingkat pemahamannya kurang baik dengan dua atlet beregu yang sudah faham poomsae dengan benar. Karena jika dipaksakan hanya akan membuat ketimpangan dalam penilaian dan performa timnya.

Dan masih banyak hal lain yang harus diperhatikan. Insya Allah dalam tulisan-tulisan berikutnya akan saya jabarkan.
Terimakasih 


1 komentar: