• Introducing

    Demos Matrial Art School adalah [...]

Mini Gallery

Jumat, 10 April 2020

Aplikasi Arae Makki Untuk Bela Diri

Bismillah...

Arae makki yang jika diartikan secara letter lux adalah tangkisan kearah bawah, adalah salah satu teknik paling dasar yang harus dipelajari dan dikuasai oleh Taekwondoin. Pertama mengikuti latihan Taekwondo, Arae Makki adalah menu utama latihan dasar bagi siswa didik di semua dojo / dojang. 



Selama ini pula, puluhan tahun kita belajar Arae Makki selalu diasumsikan bahwa kegunaan teknik tersebut adalah untuk MENANGKIS SERANGAN LAWAN YANG ARAHNYA KE TUBUH BAGIAN BAWAH baik itu berupa tendangan atau pun pukulan. Dan selama itu pula bisa dikatakan tak satupun dari kita, para praktisi Taekwondo yang mencoba "mempertanyakan" kebenaran atau keefektifan teknik tersebut, yaitu Arae Makki, dalam menangkis pukulan atau tendangan.

Sebagai mukaddimah saya sertakan link video youtube di bawah ini untuk menjadi bahan awal diskusi, bahan mentah pembelajaran untuk lebih memahami apa yang akan saya utarakan dalam tulisan berikutnya.



Secara pribadi, saya mulai mempertanyakan arti dari Arae Makki ketika serius mempelajari poomsae. Betapa ada banyak "missing link" dalam kurikulum latihan Taekwondo yang selama ini diajarkan dengan apa yang seharusnya dipraktekkan. Pertama, coba kita telaah bagaimana jauhnya perbedaan antara Kyorugi dengan Poomsae.

Kyorugi dengan berbagai macam tekniknya itu, didominasi oleh hampir 98% teknik tendangan untuk mencari dan mendapatkan skor. Sementara kenyatan berbalik 180 derajat ketika kita melihat poomsae, di mana teknik yang dominan sekitar 95 persennya adalah teknik tangan berupa pukulan, tangkisan, atau sabetan.

Jadi, poomsae yang diperagakan tidak bisa mewakili teknik pertandingan tarung / kyorugi yang diajarkan. Lalu "apa yang salah" dengan itu semua? Dari sini saya beranikan diri untuk memberikan interpretasi lain yang tidak umum di kalangan Taekwondoin, bahwa ada makna lebih dalam dari setiap gerakan yang diperagakan dalam poomsae, lebih luas daripada sekedar menangkis, memukul, atau menyabet dengan tangan.

Kembali ke Arae Makki, cara pandang saya adalah bagaimana mengartikan teknik tersebut bukan dilihat dari ujungnya saja tapi dilihat dari cara atau prosesnya bergerak secara detail sampai ke akhir / ujung gerakan tersebut. Pertama, seperti dalam video di atas, jika benar arae makki adalah untuk menangkis maka kenapa harus menggunakan dua tangan, padahal menangkis dengan menggerakkan satu tangan saja sudah lebih baik, lebih efektif dan pastinya lebih cepat?




Kemudian pertanyaan berikutnya adalah, apa artinya arae makki dalam setiap poomsae yang kita pelajari? Taegeuk poomsae mulai dari Taegeuk 1 sampai 7 selalu dimulai dengan bergerak menyamping ke arah kiri dilanjutkan dengan teknik menangkis seperti arae makki, Sonnal Makki dan Batangson Momtong Bakkat Makki.

Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas silakan melihat video di bawah ini :



dan masih ada beberapa video lainnya dalam channel Youtube saya yaitu https://www.youtube.com/channel/UC8cONkufV0OMgmHx1S922kQ yang membahas masalah ini. Silakan dicari dengan kata kunci "aplikasi arae makki". Semoga dengan video-video di atas sebagai bahan pelengkap dan penjelasan tulisan ini semakin membuat pembaca mengerti arah dan maksud tujuan saya menginterpretasikan gerakan-gerakan dalam poomsae yang bisa digunakan untuk teknik beladiri praktis dalam perkelahian.

Selasa, 01 Oktober 2019

Sabuk Hitam Tapi Tak Bisa Berkelahi


Alasan terbesar orang tertarik belajar bela diri pada umumnya adalah agar bisa mempertahankan diri saat terjadi serangan fisik. Namun tidak sedikit yang pesimis berpendapat belajar bela diri di jaman sekarang sesungguhnya tidak lebih dari olah raga aerobik yang dibungkus dalam bentuk combat. Pesimis menjadi sinis setelah menyaksikan beberapa pertandingan bela diri (terlepas apa alirannya) yang terlihat sangat tidak realistis dengan segudang peraturan.
Percaya diri mampu mengatasi ancaman fisik setelah mencapai sabuk hitam, mendapat piala dari berbagai kejuaraan tidak hanya menggelikan bahkan berbahaya karena teknik-teknik yang digunakan dalam pertandingan dan dojang / dojo tidak efektif menghadapi serangan di jalanan.
Fenomena ini mirip dengan murid yang selalu juara kelas, lulus dari universitas ternama dengan IPK tinggi tapi kesulitan mencetak prestasi di tempat kerja karena tidak tahu cara menghadapi politik kantor, bekerja sama dengan rekan kerja secara efektif, jeli melihat peluang karir dan keahlian-keahlian praktis lainnya yang tidak diajarkan di kelas. Kita menamai fenomena ini School Smart Vs Street Smart.

Mirip halnya dalam dunia bela diri, ada istilah Scoring Punch Vs Knockout Punch (meninju untuk mendapat nilai  dari juri vs meninju untuk merobohkan lawan/menetralisir ancaman). Belajar bela diri sebagai murni olah raga sah-sah saja. Memenangkan piala kejuaraan membawa prestise bagi perguruan dan ajang promosi aliran bela diri yang ditekuni. Tapi ingat hakikat bela diri adalah untuk mempertahankan diri.
Jago di arena tidak otomatis pasti jago di jalanan. Instruktur dan murid-murid senior mengawasi jalannya latihan di dojang. Dalam pertandingan peran ini diwakili oleh wasit untuk memastikan jalannya pertandingan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kontestan pun dibagi berdasarkan berat badan, jenis kelamin dan warna sabuk agar lebih adil seimbang.
Saya rasa peraturan-peraturan pertandingan bela diri yang paling banyak menuai kritik dari mereka yang serius belajar bela diri untuk mempertahankan diri.

Pernahkah Anda bertanya, diantara sekian banyak aliran mengapa hanya Judo dan Taekwondo (versi WTF), sekarang ditambah Karate yang masuk Olimpiade? Kata Tae kwon do secara harafiah berarti ‘seni tangan dan kaki’ tapi serangan tangan (tidak ke kepala tentunya) nyaris tidak terlihat dalam pertandingan, malah sering kali terkesan dibiarkan terluntai disamping badan.  Pelindung yang dikenakan kontestan pun super lengkap dari kepala, gigi hingga tulang kering. Karena komite Olimpiade tidak ingin ajang olah raga sejagat tercoreng ‘darah’ bak arena gladiator.
Dalam latihan persiapan petandingan, kontestan juga belajar ‘teknik tipu’ untuk membuka peluang serangan dan mencetak angka dalam kerangka peraturan pertandingan yang berlaku. Juri menentukan siapa menang atau kalah. Lokasi dan durasi pertarungan juga sudah disetting. Sebelum pertandingan dimulai, lawan saling berhadapan membungkukkan badan.  Bahkan kontes MMA dan UFC yang konon merupakan puncak dari perhelatan bela diri saja masih ada aturan-aturan yang mengekang.
Seluruh aturan diatas hanya punya satu tujuan: menciptakan lingkungan belajar/tempat praktek yang aman. Ketika masih kuliah, saya belajar keras menjelang ujian agar pada saat ujian materi pelajaran tinggal mengalir dengan lancar. Tapi dalam belajar bela diri, kenapa kita malah belajar dengan cara ‘aman’ untuk menghadapi ancaman kekerasan fisik yang tidak mengenal aturan.

Jadi benarkah belajar bela diri hanya buang-buang waktu saja?
Saya berani bilang tidak. Unsur belajar murni untuk mempertahankan diri seperti serangan ke tenggorokan tetap ada dalam hampir seluruh sekolah bela diri meskipun proporsinya berbeda tergantung kurikulum sekolah yang bersangkutan (tournament oriented Vs Self Defence) setidaknya menurut pengamatan pribadi saya yang juga mempelajari beberpa jenis beladiri yang berbeda-beda.
Buktinya seorang mahasiswi asal Semarang Alfin Nikmatul Maula, dua kali berhasil meloloskan diri dari usaha penculikan berkat mahir bela diri pencak silat (sumber: kompas.com).
Hal sama juga terjadi di Chicago dimana Anthony Miranda (24) menjadi korban babak belur akibat salah memilih ‘korban’ perampokan seorang petarung UFC berusia 33 tahun. Tidak hanya babak belur, Anthony juga menderita luka tembak dari pistolnya sendiri (sumber: nydailynews.com).

Ijazah dari universitas ternaman tidak menjamin kesuksesan seseorang di masa depan. Bela diri tidak menjamin Anda pasti selamat bila ada ancaman fisik, semuanya kembali pada kesungguhan yang belajar. Bila Anda ingin belajar bela diri untuk mempertahankan diri tapi perguruan yang sekarang lebih tertarik mengoleksi tropi pertandingan, segera pindah. Kalau ada teknik, kurikulum yang Anda rasa tidak praktis, bertanyalah pada instruktur bagaimana mengaplikasikan teknik yang Anda pelajari sekarang dalam street fight.
Tugas murid tidak hanya menyerap pelajaran dari instruktur mentah-mentah tapi juga proaktif menarik benang merah aplikasi antara berkelahi secara nyata  dengan pertarungan terkontrol ala dojang / dojo.
Dan di Demos Martial Arts School, dengan 3 kurikulum beladiri yang berasal dari Korea, yaitu Hapkido, Kumdo dan Taekwondo, meski ketiganya adalah seni beladiri Tradisional, tetap diajarkan aplikasi dari gerakan-gerakan yang ada dalam kurikulum latihan beladiri resmi untuk digunakan dalam perkelahian di jalanan. Ini sangat penting agar siswa yang belajar di dojang kami paham bagaimana membeladiri dalam situasi yang sulit. Bahkan komposisi teknik pertandingan dalam dojang Demos Martial Arts School hanya sekitar 40 persen dari keseluruhan teknik yang diajarkan.
Info lengkap pendaftaran kelas reguler, kelas privat dan atau seminar beladiri praktis, silakan hubungi whatsapp 0813 1049 9051
Akhir kata, selamat belajar bela diri apapun aliran Anda!
(disadur dari tulisan Hendra Makgawinata)

Rabu, 11 September 2019

Manfaat Beladiri untuk Anak

Jika melihat, membaca kasus-kasus bullying dan pelecehan seksual yang semakin marak sampai ke tingkat sekolah dasar, masihkah bapak dan ibu berpikir dua kali untuk mendaftarkan anaknya ikut latihan beladiri?
Jika masih ada yang beranggapan belajar beladiri membuat anaknya kasar dan tidak sopan, baca poin-poin di bawah ini
1. Kesehatan yang prima

Latihan rutin dengan penempaan aktivitas fisik akan membawa perubahan positif bagi kesehatan anak. Olahraga bela diri yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan stamina, kekebalan tubuh, dan kemampuan motoriknya.
2. Memupuk disiplin diri

Kunci untuk berhasil menaklukkan ilmu bela diri adalah disiplin. Anak-anak akan terbiasa untuk mengikuti aturan dan memegang teguh prinsip ajaran ilmu bela diri yang mengajarkan kebaikan. Filosofi bijak yang tertuang di dalam ajaran bela diri juga akan mengajarkan anak berbagai segi kebajikan, tidak semata bertarung untuk membuktikan siapa yang terkuat dan terhebat.
3. Membangun kewaspadaan

Kejahatan dan kekerasan kerap terjadi karena anak terlambat menyadari datangnya bahaya. Terlalu naif untuk memahami bahwa ada sesuatu mencurigakan di balik aksi sang pelaku. Dengan mempelajari bela diri, anak juga dilatih untuk berpikir cepat, taktis, dan waspada. Ketika tiba-tiba dihadapkan pada situasi sulit atau mengancam, anak akan menjadi lebih tenang untuk mencari jalan keluar.
4. Meningkatkan fokus dan konsentrasi

Memusatkan perhatian dan pikiran kepada tujuan atau sasaran tentu menjadi salah satu poin penting yang harus dicapai dalam latihan bela diri. Manfaat ini juga berimbas pada kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada aspek lain, termasuk dalam akademik dan sosial. Bela diri pun menjadi salah satu pilihan terapi bagi anak-anak yang hiperaktif dan sulit memusatkan fokus, selain menjadi sarana ampuh penyaluran energi mereka.
5. Membentuk mental baja

Dalam bela diri, anak yang belajar memasukkan sekaligus menerima serangan. Mereka akan menyadari bahwa adakalanya untuk mengalahkan lawan, kita akan jatuh dan bangkit kembali. Pengalaman ini akan membentuk perspektif positif pada anak untuk pantang menyerah dan tidak berlama-lama berkubang pada penyesalan saat menghadapi kegagalan.
6. Menyeimbangkan jiwa dan raga

Ilmu bela diri akan terpelajari sempurna kala seseorang mampu menghubungkan secara seimbang jiwa dan raganya. Kemampuan mengeluarkan jurus terbaik akan sia-sia tanpa karakter pejuang sesungguhnya. Anak akan memahami bahwa bela diri bukanlah untuk menyakiti atau solusi untuk setiap konflik. Di balik ilmu bela diri, ada tujuan mulia untuk mendatangkan kedamaian dan meletakkan dasar-dasar kebenaran kala menjalani lika-liku kehidupan.
7. Menemukan kepercayaan diri dan keyakinan

Seorang yang lemah akan menjadi kuat saat ia yakin akan kekuatannya sendiri. Petuah ini yang kerap ditanamkan dalam setiap latihan bela diri. Banyak anak yang merasakan tumbuhnya keyakinan akan diri mereka sendiri selepas mempelajari ilmu bela diri. Timbulnya penghargaan akan diri, membuat anak tidak mudah frustrasi saat menghadapi masalah. Mereka juga akan terhindar dari arus pergaulan yang negatif karena ia selalu bulat untuk berkata "tidak" untuk setiap hal yang tidak sejalan dengan hati nurani dan aturan yang berlaku.
8. Motorik lebih kuat.

Gerakan memukul, menendang, merunduk, melompat, menghindar, berputar, berlatih keseimbangan, dan lainnya kerap diterapkan saat berlatih bela diri. Belum lagi dengan gerakan-gerakan pemanasan atau gerakan untuk menguatkan otot-otot, seperti berlari, sit up, push up, berjalan jongkok, dan lainnya. Semua gerakan tersebut melatih motorik anak menjadi lebih kuat, cekatan, cepat dan tangkas.
9. Lebih bugar dan sehat.

Tubuh yang secara teratur diajak berolahraga secara otomatis akan meningkatkan kebugarannya, karena otot-otot terlatih untuk bergerak, tidak kaku, dan tidak mudah keseleo atau terkilir. Dengan begitu, sistem metabolisme tubuhpun bekerja lebih baik yang membuat daya tahan tubuh meningkat, sehingga anak tidak mudah sakit. Jadi, tubuhnya akan kembali sehat.
10. Melatih keberanian.

Anak harus menghadapi segala sesuatu dengan segenap kemampuannya, berani berkata jujur dan benar, bertindak benar, berani berinisiatif, berani menolong orang, berani mempertahankan haknya, dan sebagainya. Pasalnya berlatih beladiri bukan saja melatih jurus-jurus tetapi juga mentalnya. Sebelum atau setelah latihan, para pelatih biasanya mengajak siswanya berbincang mengenai apa yang harus siswa lakukan di luar tempat latihan, menotivasi mereka untuk berlaku benar sebagai wujud dari sikap ksatria.
11. Melepas energi negatif.

Pada dasarnya anak memiliki energi negatif. Mungkin karena ia menyimpan kekesalan, kemarahan, kekecewaan, dan lainnya. Energi negatif ini perlu penyaluran yang tepat. Nah, berlatih bela diri adalah salah satu cara mengeluarkan energi negatifnya dengan cara positif. Ia bisa memukul bantalan karet, berguling di atas matras, melompat, berteriak, berlari, dan lainnya. Jika emosi negatifnya tersalurkan dengan baik, maka secara emosi anak akan merasa lebih nyaman dan emosinya pun bisa lebih stabil.
12. Meningkatkan kedisiplinan dan komitmen

Setiap olahraga bela diri memiliki aturan masing-masing. Salah satunya adalah anak harus disiplin. Ia harus datang tepat waktu, mengikuti instruksi pelatih, harus memakai seragam, tidak boleh bermain-main, harus bekerja sama dengan siswa, saling menghormati, tidak boleh menggunakan kemampuan dengan sembarangan, menolong sesama, dan sebagainya. Latihan seperti ini akan menguatkan serta meningkatkan kedisiplinan dan komitmen anak. Tak mustahil anak juga akan menerapkan disiplin dan komitmen pada hal lain, seperti mengerjakan tugas sekolah, belajar di rumah, datang tepat waktu ke sekolah, menghormati teman, dan lainnya.
13. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi.

Di tempat latihan bela diri anak akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang: ada pelatih, siswa lain, pengurus, bahkan mungkin orangtua dari teman. Dengan begitu interaksi anak jadi lebih terbuka sehingga ia bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Beberapa anak mungkin malu-malu, tugas kita lah membangun keberaniannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik.

Selasa, 10 September 2019

Guru vs Murid

Kasus pengeroyokan guru oleh dua orangtua murid dalam kelas ketika mengajar memberi kita satu pelajaran
Betapa orangtua murid jaman now sangat senang mencampuri wilayah yang bukan miliknya. Saya haqqul Yaqin, sang anak pasti otaknya tumpul dan akhlaqnya buruk, dan tak akan pernah berprestasi di bidang ilmu yang diajarkan guru tersebut. Tidak berkah ilmunya karena tidak ta'zhim pada gurunya sebagai sumber ilmu yang dipelajarinya, boleh percaya boleh tidak.
Jadi, bapak, ibu, jika anaknya hari ini tidak juga berprestasi dalam olahraga yang digelutinya meski sudah pindah-pindah bermacam guru ataupun beragam klub, padahal anaknya sehat, kuat dan atletis, maka tanyakan kembali, bagaimana adab dan penghormatan pada guru anak-anaknya.
Jika ibu, bapak masih nyinyir, masih suuzhan pada pelatih anaknya, Berkata manis di depan gurunya sementara lain waktu menjelekkan pelatih anaknya di hadapan orang lain, saya bisa pastikan ilmunya tak akan berkah dan tak sampai kemanapun cita-citanya.
"Oooh ngga tuh, anak saya juara terus dimana-mana"
"Ah kata siapa, anak saya masuk pelatda, anak saya di pelatnas, meski pelatih klubya saya tidak suka"
Bu, pak, ingat, lawannya nikmat ada laknat...
Lawannya Rahmat ada istidraj...
Karena berkah bukan pada ukuran banyaknya medali, tapi sikap dan akhlaq anak-anaknya.
Yakinkah prestasinya adalah Rahmat, bukan laknat?
Yakinkah juaranya adalah nikmat bukan istidraj?

Sebagai muslim, layaknya kita mempunyai adab yang tinggi terhadap guru, seperti berikut di bawah ini
Beberapa kitab yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui adab murid terhadap guru adalah kitab Ta’lim Muta’alim karya Sheikh Az-Zarnuji.
Dalam kitab beliau  Ta’lim Muta’alim diterangkan adab murid terhadap guru adalah :


a. Seorang murid tidak berjalan di depan gurunya
b. Tidak duduk di tempat gurunya
c. Tidak memulai bicara padanya kecuali dengan izin guru
d. Tidak berbicara di hadapan guru
e. Tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek atau bosan
f. Harus menjaga waktu, jangan mengetuk pintunya, tapi menunggu sampai guru keluar
g. Seorang murid harus kerelaan hati guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan guru marah, mematuhi perintahnya asal tidak bertentanangan dengan agama
h. Termasuk menghormati guru adalah juga dengan menghormati putra-putra guru, dan sanak kerabat guru
i. Jangan menyakiti hati seorang guru karena ilmu yang dipelajarinya akan tidak berkah
Menurut Syeikh Ahmad Nawawi, adab murid terhadap guru antara lain :

a.  harus taat kepada guru terhadap apa yang diperintahkan didalam perkara yang halal.
b. Murid harus menghormati guruc. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru, karena perilaku itu bisa membuat guru senangd. Ketika murid bertemu guru di tepi jalan, hendaklah murid menghormati guru dengan berdiri dan berhentie. Murid hendaknya menyiapkan tempat duduk guru sebelum guru datangf. Ketika duduk di hadapan guru harus sopan seperti ketika sedang sholat yaitu dengan menundukkan kepalag. Murid harus memperhatikan penjelasan guruh. Murid jangan bertanya ketika guru sedang lelahi. Ketika duduk dalam suatu majelis pelajaran, murid hendaklah tidak menolah-noleh ke belakangj. Murid jangan bertanya kepada guru tentang ilmu yang bukan di bidangnya atau bukan ahlinyak. Murid harus memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya untuk mengikat ilmu agar tidak mudah hilangl. Murid harus berprasangka baik terhadap guru
Semua ini penting diketahui murid, karena jika seorang murid menghormati guru, maka ilmu yang diperoleh bisa manfaat.Seorang penyair berkata: “Sesungguhnya guru dan dokter keduanya tidak akan menasihati kecuali bila dimuliakan. Maka rasakan penyakitmu jika tidak menuruti dokter, dan terimalah kebodohanmu bila kamu membangkang pada guru.”Jadi sangat jelas bahwa menghormati guru itu harus ditanamkan sejak dini kepada murid, agar murid mengetahui adab terhadap guru, sehingga dalam menuntut ilmu para murid diberi kemudahan untuk memahami berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada.

Kamis, 05 September 2019

Beladiri Dalam Pandangan Islam

Kajian Islam tentang bela diri, yang pertama kita mulai dari hukum Islam mengenai bela diri.
Perlu kita ketahui bahwa dalam Islam sendiri melakukan olahraga bela diri ini hukumnya mubah.
Mubah sendiri memiliki artian bahwa sesuatu yang dilakukannya boleh dalam Islam bahkan termasuk hal yang dianjurkan namun tidak ada jaminan pahala bagi yang melakukannya.
Jika beladiri ini dilakukan untuk berjihad di jalan Allah maka hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Q.S Al-Anfal ayat 60
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmudan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah
niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Batasan bela diri dalam Islam

Dalam Islam segala sesuatu telah diatur sedemikian rupa agar hidup kita tetap dalam rahmatnya, hal ini juga berlaku dalam olahraga beladiri.
Adapun beberapa batasan bela diri dalam Islam adalah berikut ini:
Memahami bahwa bela diri hanyalah sebuah olahraga
Dalam olahraga bela diri kita harus memahami bahwa aktivitas ini hanyalah bentuk aktivitas olahraga dan permainan semata bukan merupakan sebuah aliran kepercayaan. Nah, dengan demikian niat kita hanya untuk berolahraga guna mendapatkan tubuh yang sehat, bukan niat untuk memupuk loyaliatas maupun kebencian terhadap suatu kaum.
Jangan sampai dengan belajar olahraga bela diri kita menimbulkan permusuhan terhadap kawan kita sesama muslim karena hanya beda jenis bela diri yang diikuti. Jika sampai demikian maka sebaiknya kita tinggalkan kegiatan ini karena akhirnya hanya akan menebar kebencian semata.
Anjuran untuk tidak boleh memusuhi suatu kaum hanya karena beda latar belakang suku juga telah sesuai dalam Hadits riwayat Muslim R.A nomor 3009 “Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang menjadi tradisi jahiliyah, ditaruh di bawah kakiku”. Tentu sobat semua tidak mau kan apabila masuk dalam golongan kaum jahiliyah.

Menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyirikan                                                                                               
Adapun salah satu cara untuk menghindarkan diri dari bentuk kesyirikan ketika bela diri yaitu selalu ingat niat pertama kita ikut bela diri adalah untuk berolahraga guna mendapatkan tubuh yang sehat bukan untuk mendapatkan ilmu yang diluar nalar.  
Kita dapat mudah mengenali bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan syirik atau tidak dengan melihat cara mendapatkan sesuatu tersebut, jika kita ingin mendapatkan sesuatu namun caranya sangat tidak masuk akal maka dapat dipastikan bahwa itu adalah perbuatan syirik, misalnya kita menggunakanjimat karena percaya bahwa jimat tersebut akan memberikan kita kekuatan.

Nah, kalau sampai seperti itu berarti kita sudah masuk dalam perbuatan syirik. Dan perlu sobat ketuhui bahwa perbuatan syirik merupakan salah satu bentuk dosa besar serta perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Naudzubillah.

Pandangan berbagai madzhab tentang beladiri
Mazhab Hanafi berpendapat bolehnya perlombaan olahraga berbahaya (seperti beladiri) oleh ahlinya dan tanpa bayaran, apabila tidak membahayakan bagi peserta yang berpartisipasi dengan bertujuan untuk berlatih dan menguatkan keberanian.

 Mazhab Maliki membolehkan asal tanpa transaksi jual beli pada selain kuda, unta dan panah, apabila bertujuan baik. Ini menunjukkan bolehnya mengadakan pertandingan beladiri tanpa biaya apabila keselamatan peserta terjamin dan bertujuan baik seperti untuk berlatih dan memperkuat mental.


Sebagian ulama mazhab Syafi'i membolehkan berbagai macam bentuk permainan yang berbahaya asal diikuti oleh ahlinya apabila terjamin keselamatan peserta dan tidak terjadi permusuhan. Ini menunjukkan bolehnya olahraga beladiri.

(dikutip dari berbagai sumber)




Selasa, 27 Agustus 2019

Manfaat Bela Diri Bagi Wanita




Menjadi seseorang yang cantik adalah impian setiap wanita. Namun apakah cukup sekadar menjadi wanita cantik saja di zaman sekarang ini?
Faktanya kodrat seorang wanita tidak terlepas dari persepsi yang melekat pada dirinya juga yakni sebagai kaum yang lemah.
Dewasa ini kita juga dapat menyaksikan berita-berita kekerasan yang diakukan terhadap kaum wanita di berbagai media massa mulai dari anak-anak sampai pada orang dewasa.
Hal ini benar menujukkan bahwa sekadar menjadi wanita yang cantik saja masih belum cukup, karena di samping menjaga kecantikannya wanita juga perlu untuk menjaga dirinya.
1. Sebagai bentuk perlawanan terhadap tindak kejahatan/kekerasan.
Kekerasan fisik berupa pukulan, tendangan,cekikan dan lain sebagainya serta kekerasan seksual seperti pencabulan, pemerkosaan, eksploitasi seksual, prostitusi paksa dan lain sebagainya adalah bentuk kekerasan yang biasa terjadi terhadap kaum wanita.

Bentuk-bentuk kekerasan ini juga harus dengan tegas dicegah. Maka dari itu penting sekali bagi kaum wanita untuk memiliki ilmu bela diri sebagai bentuk perlawanan pertama dan penyelamatan diri sesegera mungkin dari berbagai aksi kejahatan.
2. Memiliki Fisik Tubuh yang Kuat
Menjadi seseorang yang memiliki fisik yang kuat sudah pasti akan membuat kita tidak mudah diganggu dan diremehkan oleh orang lain.



Sebaliknya, fisik tubuh yang terlihat lemah akan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berlaku semena-mena terhadap diri kita. Berlatih beladiri bagi seorang wanita secara perlahan namun pasti akan membentuk fisik tubuh yang kuat karena beragam gerakan pada beladiri memang bertujuan untuk melatih kekuatan tubuh kita.
3.Membangun Mentalitas yang Positif
Tak hanya dari segi fisik, dari segi mental praktisi beladiri juga memberikan manfaatnya yakni seperti kepercayaan diri, keberanian, kewaspadaan, dan pengendalian emosi.



Selain fisik, mental yang kuat justru akan membuat seorang perempuan akan jauh lebih terlihat mempesona.
Kepercayaan diri, keberanian, dan kewaspadaan adalah kepribadian yang terbentuk seiring ketika kita berlatih karena kemampuan dan kekuatan kita akan terus meningkat. Sedangkan pengendallian emosi ialah sebagai bentuk etika yang harus selalu dijaga dari seorang praktisi beladiri karena kemampuan yang dimiliki bukan lah untuk dianggarkan semata.
4.Menjaga Kesehatan
Sudah pasti tujuan utama kita melakukan olahraga ialah untuk memperoleh tubuh yang sehat. Tak terkecuali bila olahraga tersebut berbentuk ilmu bela diri.
Berlatih beladiri dapat meningkatkan kesehatan jantung dan mengencangkan otot-otot tubuh sehingga metabolisme dalam tubuh bekerja dengan baik.



Berbagai penelitian menyebutkan orang-orang dalam usia 40 tahunan yang secara teratur berlatih ilmu bela diri memiliki tingkat kebugaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak berolahraga.
5.Mengasah Kecerdasan.
Kecerdasan juga dapat diasah melaui latihan bela diri, karena beladiri menuntut kita untuk berfikir bagaimana taktik dan teknik yang tepat untuk melindungi diri atau melumpuhkan lawan.
Sehingga melalui beladiri kita juga akan terlatih dan terbiasa untuk berfikir demi meningkatkan kecerdasan baik emosional maupun intelektual.



Lima manfaat beladiri ini memang penting untuk diketahui oleh kaum wanita sehingga wanita tidak lagi enggan untuk terjun pada dunia baeladiri juga.

Dan kini di Mal Balekota Tangerang, di bawah asuhan Demos Martial Arts School mengadakan program dan mendirikan komunitas Beladiri Praktis  Muslimah yang merupakan komunitas beladiri praktis khusus perempuan yang berdiri sejak tahun 2018 di Tangerang. Di Balekota Martial Arts Class para perempuan belajar tentang konsep pertahanan diri. 
Sebelum praktek yuk kita mengenal  4 konsep dasar pertahanan diri  ala Demos Martial Arts School :


1. Pray (Berdoa) : 
Sebelum beraktivitas kita dibiasakan untuk membaca doa sesuai dengan keyakinan masing-masing

2. Prediksi : 

Membaca suasana disekiling kita. Seperti didalam angkot saat naik kita sudah melihat situasi dikanan kiri kita. Apakah ada gerak gerik yang mencurigakan.
3. Persiapan/Preventif  : 

Mencegahnya dengan mempersiapkan apa saja yang didekat kita untuk sebagai senjata. Cek barang-barang ditas apakah pulpen, tongsis atau parfum.
4. Proteksi :

Dengan berlatih Beladiri Praktis Muslimah di Demos Martial Arts School kita bisa menjaga agar terhindar dari kekerasan.

Dan untuk info pendaftaran bisa hubungi kami di nomer whats app 0813 1049 9051 (Ade)


Senin, 13 Agustus 2018

Emosi dan Pelatih

Berapa kali kalian dimarahi pelatih?
Berapa kali kalian dibentak pelatih?
Berapa kali kalian dipukul pelatih?
Lalu apakah itu alasan kalian untuk kemudian meninggalkan dan membenci pelatih yang telah membesarkan kalian?
Sadarkah bahwa kalian itu latihan beladiri, bukan latihan menari?
Bahkan para super model dan para penari pun dalam latihan dan perjalanan kariernya ribuan kali dimaki-maki pelatihnya?
Percayalah, pelototan mata pelatihmu, omelan dan teguran kerasnya, sakit karena pukulan pelatihmu, tak akan terasa lagi saat kalian dewasa nanti, saat kalian memenangi pertandingan kelak, saat kalian sudah besar dan mandiri.
Pernahkah kalian dipeluk penuh haru oleh mereka para pelatih yang sudah memarahimu seperti musuh saat akhirnya kalian naik podium?
Ketahuilah, bagi pelatih terkadang memikirkan kalian, anak didiknya, lebih menguras tenaga dari pada memikirkan masa depan anak kandungnya?
Sudah pernahkah kalian tanya berapa kali nama kalian disebut dalam doa-doa pelatih kalian di masjid, di gerja, di pura, dalam sholat, sembahyang dan ibadah mereka?
Bahkan saat berhadapan dengan Tuhan pun, nama kalian yang disebut, kebaikan untuk kalian yang diminta, kesuksesan untuk kalian yang diinginkan.
Lalu kalian masih ngambek saat dipelototi oleh pelatih?
Lebih baik kalian tinggal di hutan sana.
Lalu kalian masih tega khianat pada mereka yang doa-doanya untuk kalian memenuhi langit?
Kami para pelatih hanya berharap agar Allah beri yang pantas buat kalian.
Tanyakan pada guru yang kalian bicarakan kejelekannya di belakang,
Tanyakan pada guru yang kalian benci karena kata2nya menyinggung hati kalian,
Tanyakan pada guru yang pernah mencubit tangan kalian,
Atau bahkan tanyakan pada guru yang pernah memukul kalian dengan penggaris, melempar kalian dengan penghapus.
Apakah mereka tega melihat kalian tidak lulus?
Apakah mereka tidak pernah mendoakan kebaikan untuk kalian?
Apakah mereka pernah mengorbankan waktu bersama keluarganya untuk mengajar kalian?
Jika berani, Tanyakan sekarang.!
(Foto diambil saat briefing Demo Hapkido di Q Big Mall BSD Serpong, 12 Juli 2017)

Foto Ade M S Demos.