Senin, 19 Oktober 2015

Variasi Latihan Taekwondo

Bismillah.

Mungkin tidak salah jika banyak orang yang mengatakan bahwa Taekwondo hanya mengajarkan tendangan. Atau bahkan sampai berani menyimpulkan bahwa Taekwondo hanya olahraga prestasi, bukan lagi beladiri.

Sebagai praktisi Taekwondo saya tidak bisa menyalahkan anggapan yang demikian dikarenakan memang kenyataannya hampir semua pelatih Taekwondo, di Indonesia terutama hanya mengajarkan aspek olahraga prestasinya saja.

Terutama para pelatih yang hanya mengajarkan kyorukgi atau pertandingan "fight" ala Taekwondo dengan memakai body protectir dan peralatan lainnya. Bisa dilihat, mayoritas pola latihan Taekwondo di Indonesia adalah identik dengan alat kicking pad atau target tendangan. Dan polanya pun seragam, datang ke dojang, upacara (jika pelatihnya mau ikut upacara, hehehe), stretching, latihan fisik lalu pasti langsung pegang dan tendang-tendang target, kemudian pulang. Tidak sedikit yang melupakan doa bersama, bahkan masih banyak yang melupakan cooling down.

Nah, di sini saya mencoba memberikan view yang baru dalam melatih Taekwondo terutama poomsae yang dianggap membosankan dan kurang jantan bagi banyak Taekwondo-in. Kenapa membosankan, dan kenapa kurang jantan"? Semua terjadi karena kurangnya pengetahuan pelatih atau yang biasa dipanggil sabum atau sabum nim di dojangnya. Padahal jika mereka ingin sedikit belajar, justru poomsae adalah akar dari taekwondo itu sendiri.

Kita sedikit bahas poomsae dan kyorukgi. Jika anggapan awam bahwa Taekwondo hanya mengandalkan kaki saja, maka pertanyaannya adalah, mengapa dalam jurus wajib yang harus dikuasai oleh Taekwondoin dari taegeuk 1 sampai 8 serta Koryo hingga Il Yeo hanya terdapat tiga macam tendangan saja. Yaitu Apchagi, Yeop Chagi dan Dollyo Chagi. Padahal dalam kyorukgi, Dollyo chagi adalah tendangan yang paling sering dan pasti dipakai dalam pertandingan.

Pertanyaan kedua, jika benar Tekwondo adalah Kyorukgi, mengandalkan serangan kaki atau tendangan saja, lalu kenapa dalam poomsae lebih banyak teknik tangan baik itu pukulan, tangkisan, sabetan  dari pada tendangan yang hanya tiga teknik saja munculnya?

Nah tulisan ini tidak mengajak pelatih untuk beralih ke poomsae tapi dengan sedikit memahami bagaimana sejarah munculnya Taekwondo dan pengaruh dari mana asal usul taekwondo serta aplikasi atau interpretasi gerakan dasar dalam poomsae maka akan dapat ditemui bahwa begitu banyak variasi latihan yang bisa diberikan ada siswa didik kita selain sekedar melulu kyorukgi, atau poomsae.

Contohnya saya berikan dalam link di bawah ini, silakan di klik

https://www.facebook.com/demosacademy/videos/844506532314251/

atau bisa dilihat dalam video ini

Dalam video di atas bisa dilihat bagaimana sebuah tangkisan diinterpretasikan, bagaimana arae Makki, tangkisan yang diajarkan sejak pertama latihan Taekwondo, sejak sabuk putih bisa menjadi sebuah serangan. Lalu apakah ini mengada-ada, apakah ini sebuah bid'ah dalam pengajarn Taekwondo?

Jawabannya adalah tergantung kapasitas otak dan persepsi masing-masing pelatihnya dan praktisi taekwondo itu sendiri. Bahkan pernah di salah satu postingan saya seperi di atas ada yang mengomentari bahwa ini adalah KARATE bukan Taekwondo. Bagaimana pendapat pembaca ?

Jika ingin jujur, bukankah awal Taekwondo adalah para praktisi Karatae dari Korea yang belajar di Jepang lalu ketika pulang kemali ke Korea mereka gabungkan dengan seni beladiri asal Korea asli sepert taekkyun hingga lahirlah Taekwondo modern? Lalu jika vidio di atas adalah Karate, Pertanyaannya adalah, apakah ada di Karate hal seperti di atas?

Sekali lagi, tulisan saya ini tujuannya adalah ingin memberikan pola pandang berbeda sehingga variasi  latihan Taekwondo tidak melulu itu-itu saja dan menghilangkan kesan bahwa beladiri yang kita cintai ini adalah HANYA SEKEDAR beladiri tangan kosong dengan teknik sederhana seperti menendang dan memukul saja. Padahal jika kita ingin belajar lebih jauh lagi, sangat banyak teknik yang bisa kita dapatkan dalam Taekwondo, terutama poomsae yang menjadikan beladiri ini dengan tekknik "paket lengkap". Tidak hanya pukul dan tendang saja, tapi juga ada kuncian, sampai bantingan.

Silakan disimak, silakan dikritisi, saya yakin banyak yang tidak setuju. Tapi jika boleh usul, sebelum kritsi apalagi dengan kata-kata pedas, pelajari dulu secara lengkap apa yang ingin dikritisi dengan jujur dan tanpa tendensi.

Terimakasih, selamat belajar.

0 komentar:

Posting Komentar