Poomsae, sejak dipertandingkan pada kejuaraan dunia tahun 2006 yang lalu telah menjadi nomer pertandingan kedua yang dipertandingkan dalam cabor Taekwondo setelah Kyorukgi.
Sejak saat itu pula Poomsa emakin populer dan ditanggapi dengan beragam oleh Taekwondo-in seluruh dunia. Sebagai praktisis cabor Taekwondo di Indonesia, saya termasuk salah satu penggemarnya. Hingga sejak 2008 memutuskan untuk fokus melatih Poomsae saja.
Sejak saat itu pula Poomsa emakin populer dan ditanggapi dengan beragam oleh Taekwondo-in seluruh dunia. Sebagai praktisis cabor Taekwondo di Indonesia, saya termasuk salah satu penggemarnya. Hingga sejak 2008 memutuskan untuk fokus melatih Poomsae saja.
Masih ingat kala itu pilihan saya dianggap aneh karena belum ada pertandingan poomsae di Indonesia, dalam skala apapun. Tapi keinginan kuat untuk belajar dan maju tak tertahankan, hingga akhirnya seperti sekarang.
Masih kuat juga dalam ingatan, ketika ada Kejurda Banten 2009, saat itu hanya saya dan satu orang murid wanita saya yang maju menjadi atlet poomsae,
Setelah alhamdulillah mempunyai Dojang, unit latihan, khusus Poomsae, kini hasilnya mulai terlihat, dengan seringnya menjuarai berbagai kejuaraan di berbagai tingkatan dan berbagai daerah, hingga mengirim dua atlet ke Pelatnas dan menjadi Juara PON maupun Juara Dunia, sekali lagi Alhamdulillah.
Seiring dengan itu banyak pertanyaan yang muncul yang diajukan kepada saya. "Bagaimanakah cara melatih Poomsae yang baik?". Pertanyaan yang selalu dijawab dengan jawaban yang sedikit berfilosofi dan metafora. Kenapa filososfi dan metafora?. Karena bagi saya, Poomsae tak bisa dipisahkan dari dua hal di atas. Poomsae penuh dengan Filosofi dan metafora pada tiap gerakannya.
Masih kuat juga dalam ingatan, ketika ada Kejurda Banten 2009, saat itu hanya saya dan satu orang murid wanita saya yang maju menjadi atlet poomsae,
Setelah alhamdulillah mempunyai Dojang, unit latihan, khusus Poomsae, kini hasilnya mulai terlihat, dengan seringnya menjuarai berbagai kejuaraan di berbagai tingkatan dan berbagai daerah, hingga mengirim dua atlet ke Pelatnas dan menjadi Juara PON maupun Juara Dunia, sekali lagi Alhamdulillah.
Seiring dengan itu banyak pertanyaan yang muncul yang diajukan kepada saya. "Bagaimanakah cara melatih Poomsae yang baik?". Pertanyaan yang selalu dijawab dengan jawaban yang sedikit berfilosofi dan metafora. Kenapa filososfi dan metafora?. Karena bagi saya, Poomsae tak bisa dipisahkan dari dua hal di atas. Poomsae penuh dengan Filosofi dan metafora pada tiap gerakannya.
Saya senang memulai sebuah pekerjaan dengan memahami inti dari pekerjaan tersebut. Inti dari Poomsae adalah dua kata yaitu POOM yang artinya adalah rangkaian dan SAE yang artinya adalah gerakan. Maka jika diibaratkan Poom adalah rantainya, maka Sae adalah anak rantainya. Jika ingin memiliki rantai yang kuat, jika ingin mempunyai rantai yang indah maka kuatkanlah anak rantainya dan kuatkanlah ikatan antar anak rantainya.
Jangan latih Poomsae jika sedang melatih poomsae. Latihlah gerakan tiap poomsaenya. Latihlah dengan baik kuda-kudanya, lalu tendangannya, kemudian pukulan lalu tangkisannya. Kenapa dimulai dengan kuda-kuda? Karena kuda-kuda adalah fondasi dari segalanya, Jika Poomsae adalah rumahnya, maka Seogi atau kuda-kuda adalah fondasi dalam tanahnya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Lalu setelah yakin baik dan benar kuda-kudanya, maka latihlah teknik Chagi atau tendangannya. Kenapa chagi didahulukan, bukan pukulan atau tangkisan? Karena hubungan Chagi, tendangan dengan Seogi, kuda-kuda sangat erat. Sama-sama berasal dari gerakan kaki. Menendang yang baik jika kemudian jatuh berarti kuda-kudanya jelek. Jika Seogi diibaratkan sebagai fondasi, maka Chagi adalah dinding rumahnya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Kemudian seteah selesai dinding maka mulailah membuat pintu dan jendelanya, di sini kita mulai melatih pukulan serta sabetannya atau Jireugi dan Chireugi-nya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Jangan latih Poomsae jika sedang melatih poomsae. Latihlah gerakan tiap poomsaenya. Latihlah dengan baik kuda-kudanya, lalu tendangannya, kemudian pukulan lalu tangkisannya. Kenapa dimulai dengan kuda-kuda? Karena kuda-kuda adalah fondasi dari segalanya, Jika Poomsae adalah rumahnya, maka Seogi atau kuda-kuda adalah fondasi dalam tanahnya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Lalu setelah yakin baik dan benar kuda-kudanya, maka latihlah teknik Chagi atau tendangannya. Kenapa chagi didahulukan, bukan pukulan atau tangkisan? Karena hubungan Chagi, tendangan dengan Seogi, kuda-kuda sangat erat. Sama-sama berasal dari gerakan kaki. Menendang yang baik jika kemudian jatuh berarti kuda-kudanya jelek. Jika Seogi diibaratkan sebagai fondasi, maka Chagi adalah dinding rumahnya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Kemudian seteah selesai dinding maka mulailah membuat pintu dan jendelanya, di sini kita mulai melatih pukulan serta sabetannya atau Jireugi dan Chireugi-nya. ULANGI RIBUAN KALI.!
Setelah itu barulah melatih Makki atau tangkisannya, anggap saja Makki sebagai atapnya yang terdiri dari ribuan keping genting, begitu juga Makki, tangkisan yang tekniknya jauh lebih banyak dari pada Chagi yang hanya ada tiga macam, dan Jireugi yang hanya sekitar lima macam.
Lantas, kapan kita melatih Poomsaenya? Nanti, setelah fondasinya kuat, dinding, pintu dan jendelanya rapi, atapnya kokoh , maka barulah kita cat rumah kita dengan "selera" warna kita sendiri. Itulah Poomsae. Tak lain dan tak bukan adalah selera. Kenapa saya katakan selera? Karena penilaian poomsae sangatlah subjektif. Tergantung mata wasit dan tergantung kesiapan kita membeli cat yang berapa mahal untuk membuat rumah kita terlihat baik.
Jadi, jangan melatih poomsae ketika sedang berlatih poomsae, tapi latihlah poom dan latihlah sae hingga menjadi Poomsae. Dan ingat, fokus adalah hal yang utama. Saya sangat tidak merekomendasikan atlet poomsae juga diarahkan ke Kyorukgi atau sebaliknya. Tidak percaya? silakan bandingkan hasilnya dengam atlet yang hanya ambil satu nomer pertandingan saja.
Terimakasih.
Lantas, kapan kita melatih Poomsaenya? Nanti, setelah fondasinya kuat, dinding, pintu dan jendelanya rapi, atapnya kokoh , maka barulah kita cat rumah kita dengan "selera" warna kita sendiri. Itulah Poomsae. Tak lain dan tak bukan adalah selera. Kenapa saya katakan selera? Karena penilaian poomsae sangatlah subjektif. Tergantung mata wasit dan tergantung kesiapan kita membeli cat yang berapa mahal untuk membuat rumah kita terlihat baik.
Jadi, jangan melatih poomsae ketika sedang berlatih poomsae, tapi latihlah poom dan latihlah sae hingga menjadi Poomsae. Dan ingat, fokus adalah hal yang utama. Saya sangat tidak merekomendasikan atlet poomsae juga diarahkan ke Kyorukgi atau sebaliknya. Tidak percaya? silakan bandingkan hasilnya dengam atlet yang hanya ambil satu nomer pertandingan saja.
Terimakasih.
Punya video tata cara poomsae yg benar,? Termasuk cara melatih kuda2 Dan tendangannya?
BalasHapusTerima Kasih Sabeum Nim Ade (Y)
BalasHapusDEMOS (Y) (Y)